Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi
washahbihii ajmai'iin.
Saudaraku yang baik, semoga Allah
mengaruniakan semangat kepada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam
hidup ini. Karena, itulah kunci meraih prestasi dalam segala hal. Semangat
bekerja keras harus ada dalam diri. Dengan bekal semangat bekerja keras,
diharapkan kita mampu berbuat semaksimal mungkin yang kita
kerjakan.
Saudaraku, ternyata tidak cukup hanya kerja keras semata.
Manusia juga membutuhkan kecerdasan dalam menjalankan aktivitasnya, agar hasil
yang diharapkan dapat lebih optimal, dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Kita
tidak mungkin hanya mengandalkan kondisi fisik semata saat bekerja, karena
kemampuan fisik manusia sangat terbatas. Ada potensi lain yang sesungguhnya
dapat kita gali dan manfaatkan, yaitu potensi akal. Itulah yang disebut dengan
bekerja cerdas. Jadi, kita bekerja dengan ilmu. Karena, ada orang yang
kelihatannya sibuk sekali, pontang-panting tetapi hasil ia dapatkan tidak
optimal. Malah, bisa jadi kesalahan yang didapatkan.
Saudaraku, minimal
kita mengetahui dengan jelas tentang pekerjaan atau apa saja yang kita lakukan.
Bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan jika ada masalah. Dengan siapa kita
dapat bekerjasama, dan segala hal yang menyakut pekerjaan kita. Lebih baik lagi,
jika kita terus menambah ilmu, pemahaman agar dapat terus meningkatkan kualitas
diri. Dan, orang seperti inilah yang akan bertahan, berprestasi dan memperoleh
kesuksesan dalam karirnya.
Saudaraku, selain potensi jasad, dan akal,
dimanfaatkan, yaitu potensi hati. Artinya, setelah kita sukses bekerja keras
dengan cerdas, kita juga harus ikhlas. Amalan hati ini memang tidak mudah untuk
dilakukan. Apalagi, ketika kita merasa sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan
dengan baik, kadangkala kita tidak hati-hati, terselip rasa riya (sombong) atau
sombong. Menganggap bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha kita
berpayah-payah, Sehingga kita harus tetap mengikhtiarkan agar sikap ikhlas,
mengharap keridhaan Allah tetap menjadi tujuan kita dalam segala aktivitas.
Itulah tiga potensi penting manusia yang telah diberikan Allah agar
dapat mengoptimalkan setiap aktivitasnya. Porsi potensi fisik, akal, dan hati
haruslah seimbang. Salah satu tidak boleh terlalu mendominasi yang lainnya.
Fisik saja, tentu lelah yang akan didapatkan. Akal saja, bisa jadi berbuah
kesombongan. Hati saja, tentu sebagai manusia kita juga diharuskan berikhtiar
dengan optimal. Karunia Allah tidak datang begitu saja tanpa ada usaha dari
setiap makhluknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang mampu bekerja
keras dengan cerdas dan ikhlas, sehingga bermakna bagi dunia, dan berarti pula
bagi akhirat, wallahu'alam....
Pintu Kebaikan
Kamis, 12 April 2012
Bahaya Lisan
| ||
| ||
|
Amal Tergantung Niat
“Sesungguhnya Amal-amal itu hanya bergantung kepada niat, dan setiap orang
memperoleh apa-apa yang ia
niatkan”.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin.
Saudaraku yang baik, berbohong adalah salah satu ciri orang munafik. Mulutnya berkata, “Semua ini saya lakukan karena Allah...” padahal dalam hatinya bersarang keinginan untuk dipuji, keinginan untuk terkenal, keinginan mendapat perhargaan, dan lain sebagainya. Orang yang berkata lain di bibir lain di hati, inilah golongan pendusta, naudzubillah.
Adapun bagi orang-orang yang telah sampai pada maqam ikhlas, maka keikhlasan ini akan membuat pribadinya lebih tenang, lebih kuat dan mantap. Keikhlasan menjadikan pribadinya lebih berani, kokoh, tegar, penuh dengan cahaya dan keindahan. Sedangkan keikhlasan dalam beramal akan menjadikan amal tersebut terasa nikmat dan mudah, yang pada akhirnya membuat jiwa menjadi merdeka dan tidak diperbudak oleh apapun selain oleh Allah. Sebab, ruhnya amal adalah ikhlas. Tanpa keikhlasan akan berat dan sia-sialah setiap amal. Oleh karenanya, keikhlasan adalah satu-satunya jalan pintas menuju rida dan kasih sayang-Nya. Wallahu a'lam.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin.
Saudaraku yang baik, berbohong adalah salah satu ciri orang munafik. Mulutnya berkata, “Semua ini saya lakukan karena Allah...” padahal dalam hatinya bersarang keinginan untuk dipuji, keinginan untuk terkenal, keinginan mendapat perhargaan, dan lain sebagainya. Orang yang berkata lain di bibir lain di hati, inilah golongan pendusta, naudzubillah.
Adapun bagi orang-orang yang telah sampai pada maqam ikhlas, maka keikhlasan ini akan membuat pribadinya lebih tenang, lebih kuat dan mantap. Keikhlasan menjadikan pribadinya lebih berani, kokoh, tegar, penuh dengan cahaya dan keindahan. Sedangkan keikhlasan dalam beramal akan menjadikan amal tersebut terasa nikmat dan mudah, yang pada akhirnya membuat jiwa menjadi merdeka dan tidak diperbudak oleh apapun selain oleh Allah. Sebab, ruhnya amal adalah ikhlas. Tanpa keikhlasan akan berat dan sia-sialah setiap amal. Oleh karenanya, keikhlasan adalah satu-satunya jalan pintas menuju rida dan kasih sayang-Nya. Wallahu a'lam.
Langganan:
Postingan (Atom)